Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Q.S. Luqman: 13-14.
Dalam sebuah riwayat diceritakan, pada suatu hari Luqman Hakim bersama anaknya hendak melaksanakan perjalanan jauh…bersama kendaraannya yaitu seekor keledai (himar), mereka berdua bersama kendaraanya menjadi bahan gunjingan dan bahan ejekan orang-orang yang berada di daerah (kampung/kota) yang mereka lalui, manakala anaknya mengikut dari belakang.
Melihat tingkah laku Luqman itu, banyak orang berkata, ‘Lihat itu orang tua yang tidak bertimbang rasa, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki.”Setelah mendengarkan desas-desus dari orang ramai maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu diletakkan anaknya di atas himar itu. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu berkata pula, “Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya enak-enakan menaiki himar itu, sungguh kurang ajar anak itu.”
Mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas belakang himar itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang ramai pula berkata lagi, “Lihat itu dua orang menaiki seekor himar, adalah sungguh menyiksa himar itu.”
Oleh kerana tidak suka mendengar perkataan orang, maka Luqman dan anaknya turun dari himar itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, “Dua orang berjalan kaki, sedangkan himar itu tidak ditunggangi.”
Dalam perjalanan mereka kedua beranak itu pulang ke rumah, Luqman Hakim telah menasihati anaknya tentang sikap manusia dan percakapan mereka, katanya, “Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah S.W.T saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam setiap perilakunya.”
Kemudian Luqman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya, “Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, iaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (keperibadiannya), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya.”
Kisah ini adalah kisah nyata,yang mana merupakan sebuah fanomena yang terjadi pada jaman dahulu kala (dalam masa kerasullan).Sehingga allah mengabadikannya dalam Al-Qur’an surat Luqman.
Kesimpulan :
Dari alur kisah di atas kita dapat melihat dan menilai, bahawasannya proses kehidupan kita tak akan lepas dari adanya pandangan dan penilaian daripada orang lain yang tentunya berbeza-beza pandangan mereka. Oleh kerana itu, jelas buat kita hal tersebut merupakan sebuah proses kehidupan yang amat berharga walaupun terkadang bertentangan (dari sudut setiap pandangan orangramai) dengan hati nurani dan prinsip kehidupan kita, namun yang penting bagi kita ialah hati nurani, prinsip hidup dan semangat yang ada dalam hati ini biarkanlah berjalan selagi semua itu masih ada dalam jalur agama kita (tidak bertentangan). Kerana jika kita hanya mendengar dan mengikuti setiap kata-kata dari setiap orang, terkadang jiwa dan hati kita ini ada pro dan kontra, bahkan terkadang kita merasa bingung, bahkan kecewa yang berlebihan. Apa yang penting selagi kita ada dalam jalur yang benar biarkanlah mereka berkata-kata. Kita harus ingat kesempuraan bukan milik kita. Keilmuaan yang tinggi di mata manusia tidaklah ada apa-apa kesan berbanding di pandangan yang Maha Kuasa. Kita hanya manusia biasa yang hanya mampu berusaha dan berharap dan berserah kepada Allah untuk menentukan segalanya.
Keterangan: Luqmanul Hakim nama lengkapnya Luqman bin ‘Unqa bin Sidran. atau Luqman bin Tsaran adalah orang Nubiyan dari penduduk Ailah. Luqman adalah seorang lelaki soleh, ahli ibadah, pengetahuan dan hikmah yang luas. Ada yang mengatakan bahwa dia adalah seorang hakim pada zaman Nabi Daud as. Luqman adalah seorang budak Habsyah yang juga melakukan kerja sebagai tukang kayu.” Luqman adalah seorang hamba yang soleh namun bukan seorang nabi.”
dari berbagai sumber.